DIARE PADA ANAK
A. Konsep
teori
1. Definisi
Menurut WHO (1999)
secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air
besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan
perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik
dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare
persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005).
Diare merupakan
suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya
ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali
sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender darah.
(Aziz, 2006).
Sedangkan Americsn Academy of pediatric (AAP) mendefinisikan diare dengan
karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi,dapat
disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual,muntah,demam atau sakit perut
yang berlangsung selama 3-7 hari.
Beberapa perilaku
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu ( Depkes RI,
2007):
a.
Tidak
memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang
tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi
ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
b.
Menggunakan
botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol
susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama
berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus
yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare.
Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare
c.
Tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau
sebelum makan dan menyuapi anak
2. Etiologi
Etiologi
diare dapat digolongkan kedalam:
a.
Faktor
infeksi
1)
Infeksi
interal
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: (a)
Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas dan sebagainya. (b) Infeksi virus: Enteroovirus
(Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan
lain-lain. (c) Infestasi parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis), jamur (candida albicans).
2)
Infeksi
parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain
diluar alat pencernaan, seperti Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b.
Faktor
malabsorbsi
1)
Malabsorpsi
karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.
2)
Malabsorbsi
lemak
3)
Malabsorbsi
protein
c.
Faktor
makanan dan minuman yang dikonsumsi
d.
Faktor
psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.
e.
Faktor
umur balita: Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun.
Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali
dibanding anak umur 25-59 bulan.
f.
Faktor
gizi balita: Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh
karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan
diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal
karena diare.
g.
Faktor
lingkungan, sosial dan ekonomi.
3. Patofisiologi
Diare adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus
enteritis), bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit
(Biardia, Lambia). Beberapa mikroorganisme pathogen ini me nyebabkan
infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin Penyebab dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada diare akut. Penularan
diare bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien lainnya.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain
itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas
usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare
itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake
kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi.
4. Manifestasi
klinis
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu
tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul
diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin
lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan
daerah
sekitarnya
lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat
gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah banyak
kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak. Berat
badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan
banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan
berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi
hipotonik, isotonik, dan hipertonik. (Mansjoer, 2009)
5. Pencegahan
a.
Pemberian
ASI
ASI
adalah makanan paling baik untuk bayi, komponen zat makanan tersedia dalam
bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh
bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan,
tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. Menurut Supariasa dkk
(2002), bahwa ASI adalah makanan bayi yang paling alamiah, sesuai dengan
kebutuhan gizi bayi dan mempunyai nilai proteksi yang tidak bisa ditiru oleh
pabrik susu manapin. ASI steril berbeda dengan sumber susu lain, susu formula,
atau cairan lain disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi
dalam botol yang kotor.
b.
Makanan
pendaping ASI
Pemberian
makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan
makanan orang dewasa. Menurut Supariasa dkk (2002) bahwa pda masa tersebut
merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan
pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun
penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping
ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan
pendamping ASI diberikan. Untuk itu menurut Shulman dkk (2004) bahwa ada
beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI
yang lebih baik, yaitu (1) perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6
bulan tetapi teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan sewaktu anak
berumur 6 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari), setelah
anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4 - 6x
sehari, teruskan pemberian ASI bila mungkin. (2) Tambahkan minyak, lemak, gula,
kedalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energy. Tambahkan hasil olahan susu,
telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau
kedalam makanannya. (3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi
anak, suapi anak dengan sendok yang bersih. (4) Masak atau rebus makanan dengan
benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum
diberikan kepada anak.
c.
Perilaku
hidup bersih sehat
Menurut
Departemen Kesehatan RI (2002) bahwa untuk melakukan pola perilaku hidup bersih
dan sehat dilakukan beberapa penilaian antara lain adalah (1) penimbangan
balita. Apabila ada balita pertanyaannya adalah apakah sudah ditimbang secara
teratur keposyandu minimal 8 kali setahun, (2) Gizi, anggota keluarga makan
dengan gizi seimbang, (3) Air bersih, keluarga menggunakan air bersih (PAM,
sumur) untuk keperluan sehari-hari, (4) Jamban keluarga, keluarga buang air
besar dijamban/WC yang memenuhi syarat kesehatan, (5) Air yang diminum dimasak
terlebih dahulu, (6) Mandi menggunakan sabun mandi, (7) Selalu cuci tangan
sebelum makan dengan menggunakan sabun, (8) Pencucian peralatan menggunakan
sabun, (9) Limbah, (10) Terhadap faktor bibit penyakit yaitu (a) Membrantas
sumber penularan penyakit, baik dengan mengobati penderita maupun carrier atau
dengan meniadakan reservoir penyakit, (b) Mencegah terjadinya penyebaran kuman,
baik ditempat umum maupun dilingkungan rumah, (c) Meningkatkan taraf hidup
rakyat, sehingga dapat memperbaiki dan memelihara kesehatan, (d) Terhadap
faktor lingkungan, mengubah atau mempengaruhi faktor lingkungan hidup sehingga
faktor-faktor yang tidak baik dapat diawasi sedemikian rupa sehingga tidak
membahayakan kesehatan manusia.
6. Pemeriksaan
laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium dari diare adalah:
a.
Pemeriksaan tinja
b.
Makroskopis dan mikroskopis
c.
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
d.
Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
e.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan menentukan
pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas
darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
f.
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
g.
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor
dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
h.
Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasite secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
7. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan diare menurut RI antara lain
dengan rehidrasi, nutrisi, medikamentosa, (a) Dehidrasi, diare cair membutuhkan
pengganti cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Jumlah cairan yang
diberi harus sama dengan jumlah yang telah hilang melalui diare dan atau
muntah, ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin,
pernafasan, dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan
muntah yang masih terus berlangsung. Jumlah ini tergantung pada derajat
dehidrasi serta berat masing-masing anak atau golongan umur, (b) Nutrisi.
Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindari
efek buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada anak dengan diare akut
dapat memenuhi tujuannya, serta memperhatikan faktor yang mempengaruhi gizi
anak, maka diperlukan persyaratan diet sebagai berikut yakni pasien segera
diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24 jam pertama, makanan cukup
energy dan protein, makanan tidak merangsang, makanan diberikan bertahap mulai
dengan yang mudah dicerna, makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi
sering. Pemberian ASI diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektrolit
sesuai kebutuhan, pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup, (c)
Medikamentosa. Antobiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin,
obat-obat anti diare meliputi antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat,
kodein, opium, adsorben seperti norit, kaolin, attapulgit, anti muntah
termasuk prometazin dan kloropomazin.
Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita
diare dibagi menjadi tiga yaitu rencana pengobatan A, B, dan C yang diuraikan
sebagai berikut:
a.
Rencana
pengobatan A
Rencana
pengobatan A digunakan untuk mengatasi diare tanpa dehidrasi, meneruskan terapi
diare dirumah, memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi. Cairan
rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan cair, air matang.
b.
Rencana
pengobatan B
Digunakan
untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan sedang dengan cara 3
jam pertama diberikan 75ml/kg BB, berat badan anak tidak diketahui, Berikan
anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu untuk meneruskan
ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, berikan juga
100-200ml air masak. Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan
penilaian, kemudian pilih rencana A, B, dan C untuk melanjutkan.
c.
Rencana
pengobatan C
Rencana
pengobatan C digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat berat. Pertama-tama
berikan cairan intravena, nilai setelah 3 jam. Jika keadaan anak sudah cukup
baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam berikutnya nilai ulang anak dan
pilihlah rencana pengobatan yang sesuai.
B. Asuhan
keperawatan
1. Pengkajian
a.
Keluhan
Utama :
Buang
air berkali-kali dengan konsistensi encer
b.
Riwayat
Kesehatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang
air cair berkali-kali baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat
bercampur lendir dan atau darah, keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah
napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala
penurunan kesadaran.
c.
Riwayat
Kesehatan Masa Lalu
Meliputi
pengkajian riwayat :
1)
Prenatal
Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (fulterm,
prematur, post matur), abortus atau lahir hidup, kesehatan selama
sebelumnya/kehamilan, dan obat-obat yang dimakan serta imunisasi.
2)
Natal
Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan,
obat-obatan, orang yang menolong persalinan, penyulit persalinan.
3)
Post
natal
Berat badan nomal 2,5 Kg – 4 Kg, Panjang Badan normal 49
-52 cm, kondisi kesehatan baik, apgar score , ada atau tidak ada kelainan
kongenital.
4)
Feeding
Air susu ibu atau formula, umur disapih (2 tahun), jadwal
makan/jumlahnya, pengenalan makanan lunak pada usia 4-6 bulan, peubahan
berat-badan, masalah-masalah feeding (vomiting, colic, diare), dan penggunaan
vitamin dan mineral atau suplemen lain.
5)
Penyakit
sebelumnya
Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit,
penyembuhan, kompliksi, insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon
emosi terhadap rawat inap sebelumnya.
6)
Alergi
Apakah pernah menderita hay fever, asthma, eksim.
Obat-obatan, binatang, tumbuh-tumbuhan, debu rumah
7)
Obat-obat
terakhir yang didapat
Nama, dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian.
8)
Tumbuh
Kembang
Berat waktu lahir 2, 5 Kg – 4 Kg. Berat badan bertambah 150
– 200 gr/minggu, TB bertambah 2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6
bulan. Gigi mulai tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada usia 8-9
bulan, dan bisa berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan.
d.
Riwayat
Psikososial
Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung
kepada kedua orang tuanya dan sangat histeris jika dipisahkan dengan orang
tuanya. Usia 3 tahun (toddlers) sudah belajar bermain dengan teman sebaya.
e.
Riwayat
Spiritual
Anak
sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa.
f.
Aktivitas
Sehari-Hari
g.
Pemeriksaan
Tingkat Perkembangan
1)
Motorik
Kasar
Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju
dengan bantuan,mulai bisa bersepeda roda tiga.
2)
Motorik
Halus
Menggambat
lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi
3)
Personal
Sosial
Sudah
belajar bermain dengan teman sebayanya.
h.
Pemeriksaan
Fisik
1)
Tanda-tanda
vital
Suhu
badan : mengalami peningkatan
Nadi
: cepat dan lemah
Pernafasan
: frekuensi nafas meningkat
Tekanan
darah : menurun
2)
Antropometri
Pemeriksaan
antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar
lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat
badan.
3)
Pernafasan
Biasanya
pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi nafas
tambahan.
4)
Cardiovasculer
Biasanya
tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
5)
Pencernaan
Ditemukan
gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus
meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer
6)
Perkemihan
Volume
diuresis menurun.
7)
Muskuloskeletal
Kelemahan
fisik akibat output yang berlebihan.
8)
Integumen
lecet
pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek.
9)
Penginderaan
Mata
cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan.
10)
Neorologis
Dapat
terjadi penurunan kesadaran (Doengoes,2000)
2. Diagnosa
keperawatan
a.
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
b.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kehilangan cairan
akibat diare, dan asupan cairan yang tidak adekuat.
c.
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan iritasi karena defekasi yang sering dan feses cair.
d.
Ansietas (takut) berhubungan dengan
keterpisahan anak dari orang tuanya, lingkungan tidak biasa, dan prosedur yang
menimbulkan distress.
3. Perencanaan
a. Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan akif
Tujuan
(NOC): keseimbangan cairan
Hidrasi
Kriteria
hasil: tidak ada tanda-tanda cairan yang jelek pada anak
dan pemasukan cairan seimbang
Intervensi
(NIC): Manajemen cairan
1) Beri
larutan rehidrasi oral untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan cairan
melalui feses.
Rasional : Berikan
larutan rehidrasi oral sedikit tapi sering, khususnya bila anak muntah, karena
muntah bukan merupakan kontraindikasi pemberian oralit kecuali pada muntah yang
hebat.
2) Berikan
dan pantau pemberian cairan infus sesuai program .
Rasional : untuk
mengatasi dehidrasi dan vomitus yang hebat.
3) Berikan
oralit secara bergantian dengan cairan rendah natrium seperti ASI atau susus
formula.
Rasional : untuk terapi
rumatan (kebanyakan pakar susu formula yang diberikan harus bebas laktosa jika
bayi tidak dapat mentoleransi susu formula biasa).
4) Setelah
rehidrasi, berikan makanan seperti biasa pada anak, selama makanan tersebut
dapat ditoleransi.
Rasional : pemberian
kembali secara dini makanan yang biasa dikonsumsi akan membawa manfaat
mengurangi frekuensi defekasi dan meminimalkan penurunan berat badan serta
memperpendek lama sakit.
5) Pertahankan asupan dan keluaran cairan (urine,
feses dan cairan).
Rasional : untuk
mengevaluasi keefektifan intervensi.
6) Pantau
berat jenis urine setiap 8 jam atau sesuai indikasi.
Rasional : untuk
menilai status hidrasi.
7) Timbang
berat badan anak
Rasional : untuk
menilai keadaan dehidrasi.
8) Kaji
tanda-tanda vital (TTV), turgor kulit, membran mukosa, dan status mental.
Rasional : untuk
menilai status hidrasi.
9) Hindari
masukan cairan seperti jus buah, minuman berkarbonat, dan gelatin. Rasional :
Karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah elektrolit dan mempunyai
osmolalitas tinggi.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
kehilangan
cairan akibat diare, dan asupan cairan yang tidak adekuat.
Tujuan
(NOC): Status nutrisi
Fungsi gastrointestinal
Kriteria
hasil:
1)
Pemasukan nutrisi meningkat bertahap,
tidak mual dan muntah
2)
KU membaik
3)
BB naik bertahap
4)
Memiliki nilai laboratorium dalam batas
normal
Intervensi
(NIC): manajemen pemberian ASI
Manajemen diare
1) Setelah
rehidrasi, instruksikan ibu melanjutkan pemberian ASI.
Rasional : tindakan ini
cenderunga mnegurangi intensitas dan lamanya sakit.
2) Hindari
pemberian diet pisang, beras, apel, dan roti panggang atau teh. Rasional
:Karena diet ini memiliki kandungan energi dan protein yang rendah, kandungan
hidrat arang yang terlampaui tinggi.
3) Amati
dan catat respon anak terhadap pemberian makanan.
Rasional : untuk
menilai toleransi anak terhadap makanan/susu formula yang diberikan.
4) Beri
tahu keluarga untuk menerapkan diet yang tepat.
Rasional : untuk
menghasilkan kepatuhan terhadap program terapeutik.
5) Monitor berat badan pasien sesuai indikasi.
(Nanda, 2007)
Rasional : untuk
menilai keadaan dehidrasi. (L. Wong, 2009)
6) Sediakan
makanan yang sesuai dengan kesukaan pasien dan program diet. (Nanda, 2007)
Rasional : pemberian
kembali secara dini makanan yang biasa dikonsumsi akan membawa manfaat mengurangi
frekuensi defekasi dan meminimalkan penurunan berat badan serta memperpendek
lama sakit. (L. Wong, 2009)
c.
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan iritasi karena defekasi yang sering dan feses cair.
Tujuan
(NOC):
Kriteria
hasil: Tidak terdapat tanda-tanda iritasi
Intervensi
(NOC):
1) Ganti
popok dengan sering
Rasional : untuk
menjaga agar kulit tetap bersih dan kering.
2) Bersihkan
bagian bokong secari hati-hati dengan sabun lunak non alkalis dan air.
Rasional : karena feses
pasien diare bersifat sangat iritasi pada kulit.
3) Oleskan
salep seperti zink oksida.
Rasional : untuk
melindungi kulit terhadap iritasi (tipe salepnya bisa berbeda bagi setiap anak
dan mungkin memerlukan waktu untuk mencobanya dahulu).
4) Hindari
pemakaian tisu pembersih komersial yang mengandung alkohol pada kulit yang
mengalami ekskoriasi.
Rasional : karena
penggunaan tisu ini akan menimbulkan rasa perih.
d. Ansietas
(takut) berhubungan dengan keterpisahan anak dari orang tuanya, lingkungan
tidak biasa, dan prosedur yang menimbulkan distress.
Tujuan
(NOC): Tingkat ansietas
Kriteria
hasil: Anak bisa beradaptasi dan tidak menunjukkan tanda-tanda asietas
Intervensi
(NIC): Teknik menenangkan diri
1) Lakukan
perawatan mulut dan berikan dot kepada bayi
Rasional : untuk
memberikan rasa nyaman.
2) Anjurkan
kunjungan dan partisipasi keluarga dalam perawatan anak sesuai kemampuan
keluarga.
Rasional : untuk
mencegah stress pada anak karena berpisah dengan keluarga.
3) Sentuh,
peluk, dan bicara dengan anak sebanyak mungkin
Rasional : untuk
memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress.
4) Lakukan
stimulus dan pengalihan sensorik yang sesuai dengan tingkat dan kondisi
perkembangan anak
Rasional : untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Nanda internasional ( Diagnosa NIC
& NOC) Edisi 10 EGC, 2016
Sodikin.2011Asuhan
Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier.Jakarta
: Salemba Medika.
Wong,
Donna L, dkk.2009.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Edisi 6.Jakarta
: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar